Milkshake dengan topping eskrim dan juice buah adalah dua minuman favoritku. Namun karena milkshake memberikan kontribusi signifikan pada kenaikan berat badan, baiklah aku akan mengatakan juice buah adalah minuman favoritku ^_^ … Milkshake hanya akan aku minum pada keadaaan terpaksa, yaitu terpaksa tidak ingin memesan yang lain selain milkshake hehehe …
Pertama kali membuat juice di rumah, aku menggunakan blender biasa, yang hasil akhir dari juicenya masih banyak mengandung serat, sehingga untuk buah yang keras harus ditambahkan air dan gula atau madu untuk menambah rasa.
Dari Blender, aku lalu beralih ke Juice Extractor atau disebut juga fast juicer atau centrifugal juicer. Dengan juice extractor ini, kita bisa mendapatkan juice dalam bentuk cairan tanpa harus menambahkan air lagi. Aku cukup lama menggunakan Juice extractor merek philips ini. Keluhanku hanya entah mengapa agak sulit melepaskan bagian atas juicer saat hendak membersihkannya. Kalau cek ke tokonya sih, dan dicoba kok terasa mudah saja, tapi begitu sampai di rumah dan juice tersebut ada ampasnya, mesti agak-agak ngotot sedikit untuk mencopot bagian atasnya yang berbentuk seperti saringan tersebut.
Lalu muncullah juicer yang disebut sebagai Slow Juicer atau masticating juicer yang konon kabarnya bisa memproduksi juice dengan nutrisi yang lebih banyak daripada si fast juicer. Awalnya aku tidak terlalu memperhatikan, karena perangkat juicer yang aku miliki rasanya sih baik-baik saja. Sampai pada suatu hari aku disajikan juice yang berlapis-lapis dalam satu gelas, jadi di bagian bawah ada sirsak, lalu mangga, lalu strawberry dan kiwi. Mak, ini gimana caranya bisa menuang juice supaya tidak saling tercampur nih? #NorakModeOn
Singkat kata dijelaskanlah bahwa buah-buahan itu diproses satu per satu di slow juicer. Dan karena rasaku keren ‘kali ini juicernya, maka aku googling-lah … 🙂 Pada intinya menurutku setelah membaca penjelasan dari banyak tempat, proses memisahkan ekstrak juice dari buah itu diupayakan agar seefisien mungkin, artinya tidak banyak ampas buah yang terbuang. Selain itu juga mengupayakan agar enzim dan nutrisi buah yang dibuat juice tidak rusak dan tidak teroksidasi oleh panas dan kecepatan putar. Itu sebabnya untuk sebagian pendapat orang mengatakan juice buah dengan slow juicer hasilnya lebih baik.
Yang membuat aku tertarik pada slow juicer, diluar segala klaim tentang bahwa hasil juice dari slow juicer lebih bernutrisi, adalah :
- Suaranya tidak berisik, sodara-sodara! Power blenderku itu kalau dipakai untuk membuat juice, bisa membangunkan tetangga sebelah loh. Demikian pula Fast Juicer, walau tidak separah power blender, yang terbangun cuma penghuni rumah sendiri hehehe …
-
Rasa juicenya harus diakui lebih enak tanpa harus dicampur apapun. Dengan power blender ataupun fast juicer, aku biasanya merasa harus menambahkan madu untuk mengangkat rasa manis dan kenikmatan dari juice tersebut. Dengan slow juicer, lidahku yang doyan manis ini ternyata tidak banyak tingkah dan menerima rasa juice buah apa adanya tanpa harus ditambahkan madu atau gula sama sekali.
-
Membersihkannya lebih mudah dari pada fast juicer, walau masih sedikit lebih ribet dibanding si power blender yang cukup masukkan air panas dan nyalakan saja untuk membersihkan isi blender.
Dan setelah membaca review aneka merek Slow Juicer, aku memutuskan untuk membeli Slow Juicer Hurom HY EBE11. Kalau di-googling, seri HY EBE11 ini tidak bisa ditemukan, yang mirip itu seri HG EBE11. Aku memutuskan membeli tipe ini karena wadahnya bisa disimpan dengan cara ditumpuk. Untuk kecepatan putar (RPM) Hurom HY EBE11 ini tertulis sebesar 43 RPM.
Pembeli Hurom mendapatkan dua jenis saringan. Saringan yang halus untuk buah yang keras, saringan yang lebih besar lubangnya untuk buah yang lembut seperti alpukat dan pisang.
Salah satu keuntungan lainnya dari Hurom ini adalah aku bisa memanfaatkan sisa ampas juicenya untuk dibuat Carrot Cake atau Mixed Fruit Cake bila dibuat dari ampas juice yang isinya carrot, apel, jeruk, melon, dan lain-lain. Ampas buah yang dihasilkan hurom sudah cukup kering tapi masih cukup moist (lembab) sehingga memudahkan untuk dicampur ke dalam adonan kue semacam carrot cake.
Discover more from Cakefever.com
Subscribe to get the latest posts sent to your email.